header wahyu winoto blog

Santri Tanpa Mondok di Pesantren


Sejak kecil saya tidak pernah mondok di Pesantren. Ngaji saya dibimbing oleh Kakek sendiri, seorang Kiyai kampung dengan masjid yang tidak besar di kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Masjid "Darus Salam" namanya. 
Setelah Kakek tiada, saya lanjut belajar kepada Paman, adik Ayah saya. Beliau yang mengenalkan saya pada "kitab kuning" kitab-kitab klasik Islam. Periode selanjutnya adalah kuliah sambil ngaji di pondok pesantren dekat tempat kos. Itupun cuma malam hari, karena siangnya di kampus.

Ngaji kitab Mukaddimah karya Ibnu Khaldun
Ngaji kitab Mukaddimah karya Ibnu Khaldun
Jika mengingat hal tersebut saya bersyukur sekaligus agak menyesal. Bersyukur atas kesempatan belajar Islam tradisional, agak menyesal karena kenapa dulu saya tidak terlalu bersungguh-sungguh menjadi santri.
Kini setelah usia makin tua saya baru merasakan, ternyata mondok dan menjadi santri itu banyak sekali manfaatnya. Paling tidak menurut saya ada 3 manfaat;

Pertama, bergabung dalam komunitas ilmu dan akhlak.
Di pondok seorang santri akan hidup membaur dengan santri lain, dengan para guru ngaji, juga Kiyai. Ada transfer ilmu dan akhlak. Ada "role model". Ada keteladanan dari Kiyai. 

Kedua, belajar dari sumber yang kredibel.
Ketika ngaji ala pesantren, kita itu mempelajari ilmu yang terpercaya. Ada "Genealogi Keilmuan" yang jelas.
Ini adalah satu hal yang menjadi pembeda antara pesantren dan lembaga pendidikan yang lainnya, yaitu adanya "sanad" atau mata rantai guru dan murid sebagai satu kesatuan genealogi keilmuan yang jelas, dari Rosulillah hingga ke guru kita.

Ketiga, belajar hidup mandiri.
Pesantren adalah lingkungan baru bagi santri. Dia akan hidup tanpa bayang-bayang orang tuanya. 
Anak-anak yang dimanja ketika dirumah, kemandiriannya akan tumbuh di lingkungan baru ini.

Sering saya dengar betapa banyak anak yang terlalu bergantung pada orang tua, bahkan dalam hal-hal sepele, seperti cuci baju, cuci piring, mengupas buah, dll. Maka tidak heran kalau kemarin ada yang viral katanya Nia Ramadhani tidak bisa mengupas buah salak.


Demikian artikel: semoga bermanfaat bagi anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar




© 2010 - 2024 || By Blogger || Hak cipta dilindungi UU.
TOP