header wahyu winoto blog

Gatholoco dan Dharmogandul, Sejarah Propaganda Anti-Islam

Kurun waktu Juli 1891 sampai Februari 1892, Snouck Hurgronje menyusun laporan intelijen dengan satu poin penting: Perlawanan di Aceh tidak benar-benar dipimpin oleh Sultan, seperti yang selalu dipikirkan Belanda, namun oleh ulama-ulama Islam. 
30 tahun sebelumnya, Belanda pernah juga mencoba cara mirip itu, yaitu membenturkan kalangan santri (berbasis Islam) diadu dengan kalangan priyayi dan abangan (Loyalis kerajaan Majapahit) di Jawa. Adalah buku sastra kuno alias suluk dengan nama Gatholoco, isinya vulgar, dan banyak olok-olok terhadap praktek kehidupan masyarakat, terutama masyarakat Islam. 

Selain Gatholoco ada dua karya lainnya yang berkaitan dengan suluk ini dan juga mengajukan argumen anti-Islam: Babad Kedhiri dan Serat Dharmagandhul

Ketiganya, muncul pada dekade tanda-tanda kebangkitan Islam di Jawa, dan menyebut konversi agama Jawa ke Islam sebagai kesalahan peradaban. 

Gatholoco dan Dharmogandul
Gatholoco dan Dharmogandul

Jika propaganda di Aceh dibangun oleh Snouck Hurgronje (orang asing), maka di Jawa waktu itu Belanda merekrut tokoh lokal bernama Ki Tunggul Wulung untuk membangun propaganda Gatholoco dan Dharmogandul. 

Tunggul Wulung ini konon sebelum membelot kepada Belanda dia adalah seorang santri yang belajar Islam didaerah karesidenan Pati, Jateng, dan bernama asli Ngabdulloh. (Bagian ini saya mendapat cerita secara lisan dari sumber tokoh ulama yang terkenal saat ini berinisial GM).

Hari ini setelah hampir 200 tahun berlalu dari era Gatholoco dan Dharmogandul, saya juga melihat ada cara-cara yang mirip yang digunakan untuk mengadu domba rakyat negeri ini. 

Kenapa rakyat Indonesia mudah dihasut dengan propaganda Islamis vs Anti-Islam?

Saya jadi ingat apa yang dikatakan Eep Saefulloh Fatah, pendiri konsultan politik POLMARK, beliau memaparkan hasil riset internal yang mana salah satu pointnya adalah bahwa rakyat Indonesia ketika dihadapkan dengan pilihan sulit (ibarat pilihan hidup dan mati) maka mereka akan memilih agamanya ataupun berpihak pada yang mengedepankan agamanya.

Sayangnya hingga hari ini semangat keagamaan yang begitu baik itu tidak diimbangi semangat berakal/berfikir logis, sehingga akan selalu ada celah untuk diadu domba antar sesama anak bangsa dengan dalih agama.

Salam.


Referensi bacaan:
- Christian Snouck Hurgronje: History Of Orientalist Manipulation Of Islam-Analysis.
- Merle Calvin Ricklefs dalam Polarising Java Society: Islamic And The Other Visions 1830-1930.


Share artikel: kepada saudara maupun kawan anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar




© 2010 - 2024 || By Blogger || Hak cipta dilindungi UU.
TOP