header wahyu winoto blog

Kunci Sukses Bernegara ala Mukaddimah Ibnu Khaldun

Seorang guru pernah berkata, minimal sekali seumur hidup kamu harus baca buku/kitab Mukaddimah karya Ibnu Khaldun. 
(Karna skill membaca kitab kuning saya masih minim, saya putuskan mencari versi terjemahan saja :)

Mukaddimah ini adalah pembukaan atau "preambule" dari kitab utama Al-'Ibar, meskipun begitu justru Mukaddimah ini lebih populer dibanding kitab utamanya. Bahkan ahli sejarah Inggris, Arnold J Toynbee menganggap Al-Muqaddimah sebagi karya terbesar dalam jenisnya sepanjang sejarah. Tidak mengherankan juga jika CEO Facebook Mark Zuckerberg memilih Mukadimah sebagai satu dari buku yang dibaca bersama komunitas A Year of Books yang digagasnya. 
Kunci Sukses Bernegara ala Mukaddimah Ibnu Khaldun
Kunci Sukses Bernegara ala Mukaddimah Ibnu Khaldun

Hal Menarik Tentang Mukaddimah;

Beberapa poin yang menarik pada buku Mukadimah adalah fokus pada alur kemunculan masyarakat dan kebudayaan, termasuk timbulnya kota, politik, perdagangan, dan ilmu pengetahuan. 

Ibnu Khaldun menjabarkan banyak hal, mulai dari “umat manusia”, “peradaban”, “watak masyarakat”, “solidaritas golongan” (ashobiyah), “revolusi”, “pemberontakan”, “kerajaan”, “negara”, “tingkatan dalam masyarakat”, “ilmu pengetahuan dan keterampilan”, “kemajuan” hingga “perubahan” atau “proses”.

Kunci Sukses Bernegara ala Mukaddimah Ibnu Khaldun

Terkait dengan politik dan negara, ada satu hal yang relevan dengan kondisi dunia sekarang yang sedang rawan krisis, rawan disintegrasi, bahkan rawan bubar, yaitu pada poin ke-4 diatas yaitu Solidaritas Golongan atau beliau menyebutnya "Ashobiyah".

Negara-negara manapun, bagaimanapun kondisinya, entah miskin atau kaya, akan tetap bersatu, tidak akan jadi negara gagal, bahkan akan bertambah maju jika dalam masyarakatnya masih ada Solidaritas Golongan atau Ashobiyah.

Saya beri contoh;
- Negara-negara eropa sekarang ini grafik pertumbuhannya menurun, dulu mereka begitu hebat dalam menaklukkan dunia, hebat dalam iptek, ekonomi, dll. Kini mereka melemah, bahkan rawan resesi, kenapa, karena Ashobiyah mereka mulai padam.

- Era booming minyak bumi, kawasan Arab menjadi surga investasi. Negara-negara Arab tumbuh pesat menjadi negara kaya raya. Namun karena hidup enak mereka melupakan Ashobiyahnya, mereka kehilangan Solidaritas antar bangsa Arab, apa hasilnya, Arab Springs. Jazirah arab berkonflik, Libya, Yaman, Suriyah, Uni Emirat, Saudi, dll. Hingga kini selalu kacau. 

- China, ratusan tahun cuma berkutat pada urusan domestik, tidak tertarik untuk bersaing secara global. Namun Ashobiyah mereka terus dijaga. 
Walhasil, ketika mereka memutuskan untuk membuka diri, boom, hanya dalam 20 tahun saja kiprah mereka dalam dunia internasional langsung mengungguli Amerika.

- Dari Amerika latin juga bisa kita lihat, misalkan Cuba dan Venezuela. Meskipun mereka krisis parah, diembargo oleh Amerika, namun mereka tidak hancur, tidak ada dis-integrasi, kenapa? Lagi- lagi karena Ashobiyah mereka kuat. Rakyat tidak mudah diadu domba, mereka tetap solid. 

Salah satu tesis Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimah yang sering dikutip adalah: `'Manusia bukanlah produk nenek moyangnya, tapi adalah produk kebiasaan-kebiasaan sosial.'' 

Kita ini manusia, tumbuh dan berkembang bersama perkembangan jaman. Faktor sosial memegang peranan sangat penting. Maka jika ingin tetap eksis sebagai sebuah bangsa, kita harus terus pupuk solidaritas sosial/golongan alias Ashobiyah itu. Jangan sampai kita mudah lelah dengan rumitnya menjaga persatuan dan kesatuan. 

Saya sendiri optimis, Ashobiyah warga negara kita masih tinggi. Indonesia justru masih akan terus tumbuh, bukan hancur. Namun keyakinan saya itu bisa saja meleset jika anda semua malah mengompori perpecahan sesama anak bangsa. Jangan jahat pada negara ini.

Salam


Demikian artikel: semoga bermanfaat bagi anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar




© 2010 - 2024 || By Blogger || Hak cipta dilindungi UU.
TOP