header wahyu winoto blog

Keris Pusaka, Dari Mistis Hingga Logis

Ada suatu jaman dimana manusia sangat bergantung kepada alam, situasi dan kondisi alam menjadi alasan utama adaptasi mereka. Pun demikian, manusia masih saja tetap belum mampu mengendalikan alam, maka muncullah fenomena sang penguasa atau sang pelindung bagi manusia. Oleh karena sang pelindung ini terlalu abstrak, lalu manusia mewujudkannya kedalam perantara/wahana yang lebih mudah dicerna indra manusia. 

Ketika dulu api dianggap berasal dari kekuatan ghaib, lalu dibuatlah senjata berupa Keris dengan tuah "singkir geni" misalnya, untuk mengendalikan api. Kini api bisa dijelaskan sebagai reaksi kimia dari oksigen dan bahan tertentu sehingga terbakar. 
Keris Jangkung dengan pamor Singkir
Keris Jangkung dengan pamor Singkir
Keris Jawa bagi yang peka konon cuma melihatnya saja sudah bisa merinding, aura-aura mistis memenuhi sekitarnya, dan keris-keris Jawa kabarnya banyak yang kurang ramah, pemilih, kadang membuat kurang nyaman bagi yang tidak cocok.

Lain dulu lain sekarang, seiring perkembangan kehiduan manusia, sesuatu yang dulunya dianggap sebagai perantara atau wahana atau wasilah untuk perlindungan kehidupan manusia (seperti berupa Keris Pusaka misalnya), kini bergeser menjadi sesuatu yang lebih dimaknai sebagai produk budaya. 

Keris Pusaka, Dari Mistis Hingga Logis

Ketika dulu sebilah keris dianggap sebagai "piyandel" atau sesuatu yang menguatkan tekad keberanian, dengan beragam tuah keampuhan yang diyakini masyarakat, kini penilaian atas sebilah keris bergeser menjadi benda hasil teknologi, budaya, bahkan seni. 

Dari sisi teknologi misalnya, manusia kini meneliti keris dari sisi metalurgi yang proses pembuatannya sangat detil mempertimbangkan bahan baku yaitu jenis besi, baja, dan bahan pamor, serta teknik penempaan yang rumit.

Penjelasan menurut Empu Sungkowo Harumbrojo (keturunan ke-17 dari Empu Supo, empu kondang dari Majapahit), beliau menjelaskan bahwa keris buatan leluhurnya itu dibuat dari beberapa jenis besi, baja, tanpa bahan pamor, ditempa matang dan dilipat hingga menghasilkan lebih dari 4096 kali lipatan. Orang menyebutnya keris tangguh Sendhang Sedayu karena Empu Supo waktu itu tinggal didaerah Sedayu. 
Keris Sangkelat - Sendhang Sedayu
Keris Sangkelat - Sendhang Sedayu
Dari sisi budaya dan seni, keris sekarang lebih banyak diteliti sejarahnya serta nilai luhur yang dimaksudkan dari sebilah keris, selain itu juga keris dinikmati dari sisi penampilan keindahannya (keris sebagai "tuntunan" dan "tontonan"). Terakhir, dapat kita tarik kesimpulan bahwa seiring perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia berubah cepat. 

Hampir semua hal sekarang ini dapat dijelaskan secara logis. Hal-hal yang dulu tidak masuk akal kini justru diteliti dengan akal dan hal-hal mistis banyak berubah menurut pandangan manusia modern. Manusia menjadi lebih berani kritis meneliti daripada sekedar meyakini dengan bumbu mitos dan klenik.

Demikian artikel: semoga bermanfaat bagi anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar




© 2010 - 2024 || By Blogger || Hak cipta dilindungi UU.
TOP