JIL Memang Diinginkan Kematiannya
JIL Memang Di-Inginkan Kematiannya
Tulisan saya ini bukan berarti mendukung aksi pengeboman terhadap JIL, namun lebih sebagai tanggapan pribadi saya sebagai seorang muslim yang merasa ada yang salah dengan JIL, pemikiran saya juga searah dengan banyaknya isu yang menyatakan bahwa ajaran Islam telah dipermainkan oleh JIL. Jadi JIL memang tidak bisa dibiarkan berlama-lama hidup di Indonesia.
Terlepas dari itu, saya sendiri memiliki keyakinan bahwa para pembela agama Allah senantiasa ada dan Allah akan memenangkan mereka.
*****
"Pada akhir zaman, akan muncul sekelompok anak muda usia yang bodoh akalnya. Mereka berkata menggunakan firman Allah, padahal mereka telah keluar dari Islam, bagai keluarnya anak panah dari busurnya. Iman mereka tak melewati tenggorokan. Di mana pun kalian jumpai mereka, bunuhlah mereka. Orang yang membunuh mereka akan mendapat pahala di hari kiamat".
Paragraf pembuka diatas itu bukan sembarang untaian kata dari saya, melainkan terjemahan hadis Nabi Muhammad SAW, yang tersimpan dalam kitab Al-Jami' al-Shahih karya Imam Bukhari.
Lantas, mengapa saya kasih judul "JIL Memang Diinginkan Kematiannya"?
Hal ini sebenarrnya terkait dengan berita yang baru-baru ini heboh di media masa Indonesia, yaitu adanya kasus bom buku yang ditujukan kepada Ulil Abshar Abdalla, ketua JIL (Jaringan Islam Liberal) di kawasan Utan Kayu.
Tulisan saya ini bukan berarti mendukung aksi pengeboman terhadap JIL, namun lebih sebagai tanggapan pribadi saya sebagai seorang muslim yang merasa ada yang salah dengan JIL, pemikiran saya juga searah dengan banyaknya isu yang menyatakan bahwa ajaran Islam telah dipermainkan oleh JIL. Jadi JIL memang tidak bisa dibiarkan berlama-lama hidup di Indonesia.
Kemunculan JIL berawal dari kongko-kongko antara Ulil Abshar Abdalla (Lakpesdam NU), Ahmad Sahal (Jurnal Kalam), dan Goenawan Mohamad (ISAI) di Jalan Utan Kayu 68 H, Jakarta Timur, Februari 2001. Tempat ini kemudian menjadi markas JIL. Para pemikir muda lain, seperti Lutfi Asyyaukani, Ihsan Ali Fauzi, Hamid Basyaib, dan Saiful Mujani, menyusul bergabung. Dalam perkembangannya, Ulil disepakati sebagai koordinator.
Gelora JIL banyak diprakarsai anak muda, usia 20-35-an tahun.
Mereka umumnya para mahasiswa, kolomnis, peneliti, atau jurnalis. Tujuan utamanya: menyebarkan gagasan Islam liberal seluas-luasnya. "Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik," tulis situs islamlib.com. (Lebih jauh tentang gagasan JIL lihat: Manifesto Jaringan Islam Liberal).
JIL mendaftar 28 kontributor domestik dan luar negeri sebagai "juru kampanye" Islam liberal. Mulai Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Jalaluddin Rakhmat, Said Agiel Siradj, Azyumardi Azra, Masdar F. Mas'udi, sampai Komaruddin Hidayat. Di antara kontributor mancanegaranya: Asghar Ali Engineer (India), Abdullahi Ahmed an-Na'im (Sudan), Mohammed Arkoun (Prancis), dan Abdallah Laroui (Maroko).
Jaringan ini menyediakan pentas --berupa koran, radio, buku, booklet, dan website-- bagi kontributor untuk mengungkapkan pandangannya pada publik. Kegiatan pertamanya: diskusi maya (milis). Lalu sejak 25 Juni 2001, JIL mengisi rubrik Kajian Utan Kayu di Jawa Pos Minggu, yang juga dimuat 40-an koran segrup. Isinya artikel dan wawancara seputar perspektif Islam liberal.
Tiap Kamis sore, JIL menyiarkan wawancara langsung dan diskusi interaktif dengan para kontributornya, lewat radio 68H dan 15 radio jaringannya. Tema kajiannya berada dalam lingkup agama dan demokrasi. Misalnya jihad, penerapan syariat Islam, tafsir kritis, keadilan gender, jilbab, atau negara sekuler. Perspektif yang disampaikan berujung pada tesis bahwa Islam selaras dengan demokrasi.
Dalam situs islamlib.com dinyatakan, lahirnya JIL (Jaringan Islam Liberal) sebagai respons atas bangkitnya "ekstremisme" dan "fundamentalisme" agama di Indonesia. Seperti munculnya kelompok militan Islam, perusakan gereja, lahirnya sejumlah media penyuara aspirasi "Islam militan", serta penggunaan istilah "jihad" sebagai dalil kekerasan.
JIL tak hanya terang-terangan menetapkan musuh pemikirannya, juga lugas mengungkapkan ide-ide "gila"-nya. Gaya kampanyenya menggebrak, menyalak-nyalak, dan provokatif. Akumulasi gaya ini memuncak pada artikel kontroversial Ulil di Kompas yang dituding FUUI telah menghina lima pihak sekaligus: Allah, Nabi Muhammad, Islam, ulama, dan umat Islam.
Perhatikan gaya bahasa kesombongannya saat ditanyakan perihal tulisannya tersebut: "Tulisan saya sengaja provokatif, karena saya berhadapan dengan audiens yang juga provokatif," kata Ulil.
Kembali kepada Hadits pembuka pada paragraf pertama artikel saya "...Di mana pun kalian jumpai mereka, bunuhlah mereka. Orang yang membunuh mereka akan mendapat pahala di hari kiamat".
Dari petikan hadits tersebut, lalu muncul pertanyaan, "Apakah Islam liberal yang disuarakan JIL itu sudah masuk kriteria kelompok yang dimaksud isi hadis, sehingga wajib dibunuh?"
Untuk menjawabnya, mungkin butuh analisa yang luas dan panjang dari para ahli agama, namun yang terjadi kemarin (percobaan pembunuhan Ulil Abshar Abdalla) ketua Jaringan Islam Liberal tersebut sedikit menjadi bahan renungan, bahwa diantara saudara-saudara muslim telah ada yang mengambil sikap bahwa JIL telah sesat dan harus dihilangkan dari bumi Indonesia.
Terlepas dari itu, saya sendiri memiliki keyakinan bahwa para pembela agama Allah senantiasa ada dan Allah akan memenangkan mereka.
*****
Jadi itu salah satu ayat di kitab suci agama anda ? Isinya cuma bunuh,pahala,bunuh,pahala. Pantas agama anda jadi panutan para teroris sedunia.
BalasHapus@ Yusuf : sayangnya begitulah adanya Pak Yusuf, dan saya percaya bahwa Al-Quran itu sangat sempurna.
BalasHapusLalu yg jd pertanyaan dr artikel saya ini adalah; "Apakah Islam liberal yang disuarakan JIL itu sudah masuk kriteria kelompok yang dimaksud isi hadis, sehingga wajib dibunuh?"
saya sendiri tdk mengatakan mereka harus dibunuh, masih ada cara lain utk menyadarkan mereka...
mari kita lihat kesempurnaan dari keseluruhan ayat2 di dalamnya, jangan hanya memetik satu persatu ayat, untuk di jadikan sebuah paradigma. sebab iblis selalu mengintai kita yg lemah dalam berpikir menghayati dan mengamalkan nya.
BalasHapus@admin : salam kenal sob..
jangan lupa mampir http://albertpynstein.blogspot.com
@ ALBERT : SALAM KENAL JUGA PAK...
BalasHapusTUNGGU SAJA KUNJUNGAN SAYA KE BLOGMU...