header wahyu winoto blog

Keras & Rakusnya Dunia Bisnis Investasi



Tahun 80 an ada film yang berjudul Wallstreet. Film ini diangkat dari berbagai sumber kisah nyata, kisah insider trading, tokoh raksasa kejam semacam Gecko yang hanya peduli meraup uang besar dalam waktu singkat, dan juga intrik pasar saham semuanya memang ada. Karakter Gecko sendiri konon dibuat untuk menggambarkan tokoh semacam Carl Icahn, Ivan Boesky, Michael Milken, dan lain lainnya.

Pemerhati Buffett mungkin kenal dengan Boesky, ia dikenal sebagai lawan Buffett dalam mengakuisi Scott & Fraser, perusahaan penerbit World Book Encyclopedia. Manajemen Scott & Fraser lebih memilih Buffett sebagai sosok pelindung manajemen daripada Boesky yang perusak. Sedangkan Milken dikenal sebagai raja obligasi sampah (junk bond), ia dihukum 10 tahun dalam kasus insider trading.

W. Buffet & S. Uno
W. Buffet & S. Uno
Dalam dunia nyata, inside trading sebenarnya juga dilakukan Warrent Buffet (berkshare hathaway) namun dengan niat berbeda, Buffet bukan opportunis, Buffet tidak beli lalu jual saham secara instan, dia lebih kepada “membeli perusahaan” (untuk kemudian dikuatkan). 

Sistem ini jugalah yang diadopsi Sandiaga Uno dengan Saratoga Investama-nya dalam skala yang berbeda. 

Menurut pengalaman saya, insider trading dimanapun selalu ada, termasuk di Indonesia. Atau diluar negeri seperti Rusia yang lebih longgar undang-undang investasinya (dibanding Amerika), dengan biaya sekitar 5000 USD perbulan kita sudah bisa berlangganan signal news trading, dari “orang dalam”, kita akan tahu kapan menejemen perusahaan akan melakukan aksi jual atau beli, kita juga akan mendapat rilis-rilis rahasia dari berbagai kebijakan internal perusahaan yang sahamnya melantai di bursa efek. Sedang di Bursa Efek Indonesia hal itu juga sudah menjadi rahasia umum. 

Apa yang saya tuliskan itu, termasuk juga kisah yang diangkat dalam film diatas, merupakan sisi buruk pasar investasi di bursa. Sebenarnya, semua orang mungkin akan berusaha menghindari kejahatan finansial seperti yang terjadi di film ini, namun tetap saja akan ada orang-orang opportunis yang berusaha menebar jaring dalam bisnis ini. 

Kembali lagi tentang film Wallstreet, dalam lanjutan film yang diluncurkan tahun 2010, “Money Never Sleep” , Stone tetap mengangkat kisah yang mirip, dan tentu sudah tidak terlalu fantastis lagi. Tapi itulah pasar investasi. 

Buku-buku investasi diterbitkan lebih berisi tentang peramalan dan mengalahkan pasar daripada buku mempelajari bisnis yang baik yang berlandaskan kepada kerja keras dengan produk inovasi.

Saya sendiri sudah cukup lama kenal dunia investasi, dan memang benar jika kita (tidak curang) maka investasi itu membosankan, butuh waktu, skill, modal, menguras energi, dan sebagainya, serta lama tumbuhnya. Sedangkan mengenai mental ingin cepat kaya, dengan taruh uang lalu ongkang-ongkang berharap return besar, itu adalah penyakit mental. 

Dunia investasi 'papers" memang pada akhirnya membuat dunia terjerat krisis financial karenanya. Padahal sumber masalah finansial dunia mungkin bukan di sana, masalah financial adalah KERAKUSAN dari para pelakunya. 

Ketika orang meng-create ilusi lewat produk investasi yang menjanjikan masa depan tanpa kerja keras dengan laba berlipat, saat itulah komunitas rakus yang pemalas terbentuk.



Share artikel: kepada saudara maupun kawan anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar




© 2010 - 2024 || By Blogger || Hak cipta dilindungi UU.
TOP